"Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.”
(HR. Ath-Thabarani dalam Al-Ausath, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1358 karena banyak jalannya)
(HR. Ath-Thabarani dalam Al-Ausath, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1358 karena banyak jalannya)
Dari Sabda Rasullulah diatas bisa kita tarik kesimpulan
bahwa apabila seseorang sholatnya baik maka amalan lainnya pasti baik. Hal
tersebut juga bisa diartikan bahwa sholat yang baik adalah sholat yang bisa
membuat amalan lainnya baik pula. Hal ini jangan sampai disalah persepsikan
bahwa sholat adalah satu satunya ibadah yang akan dihisab di hari kiamat nanti
sehingga menjerumuskan kita untuk mengabaikan ibadah lain diluar sholat dengan
dalih: yang penting kan
sholatnya baik jadi nggak harus berzakat atau ber ini ber itu. Jangan pula
beranggapan bahwa sudah mengerjakan sholat puluhan tahun dan tidak pernah
bolong sudah cukup dikatakan sholat yang baik.
Didalam sholat kita diwajibkan membaca surat Al Fatihah dimana pada ayat ke 6 dst
kita memohon kepada Allah: Tunjukanlah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang
orang yang engkau beri Nikmat. Bukan jalannya orang orang yang engkau murkai dan bukan pula jalannya
orang orang yang sesat.
Insya Allah jika sholat kita khusuk dan terpenuhi semua
syarat sah dan rukun rukunya niscaya
Allah akan menuntun kita ke jalan yang lurus seperti jalannya orang orang yang
diberi nikmat dan menjaga
serta menjauhkan kita dari jalan orang orang orang orang yang di murkai dan jalannya orang orang
yang sesat.
Siapakah orang orang yang diberi Nikmat itu?
Dalam Surat At taubah ayat 100 Allah menjelaskan:
Orang-orang yang terdahulu lagi
yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan
merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar.
Siapakah orang yang dimurkai dan
orang yang sesat?
Ayat terakhir dari surat Al Fatihah merupakan penekanan yang
berupa pengecualian dari ayat sebelumnya, hal ini berarti bahwa orang yang
dimurkai dan orang yang sesat adalah orang yang tidak di beri Nikmat. Atau
dapat dikelompokan lagi lebih detail bahwa orang yang di murkai adalah orang
orang yang tidak mengamalkan ilmunya sedangkan orang orang yang sesat adalah orang menyimpang dikarenakan beriman tanpa ilmu. Golongan orang yang berilmu tapi tidak mengamalkan contohnya adalah yahudi sedangkan orang yang beriman tanpa ilmu contohnya kaum nasrani
Orang Islam Jelas bukan yahudi atau nasrani, oleh
karena itu sebenarnya hal yang perlu lebih diwaspadai umat islam justru
perilaku menyimpang diantaranya amalan amalan yang bertentangan dengan Sunnah
rasul ataupun amalan amalan yang tidak ada tuntunannya dari rosul (Bid’ah).
Perdebatan tentang Bid’ah memang masalah yang sulit untuk dipersatukan karena factor
hawa nafsu, keangkuhan dan fanatisme golongan pendebat. Meskipun salah satu
diantara dua pendapat tersebut pasti ada yang benar. Karena biasanya pelaku
bid’ah memandang baik amalan amalan mereka sehingga sangat susah untuk keluar
dari perilaku tersebut. Itu lah kenapa ada beberapa pendapat yang mengatakan
bahwa Bid’ah lebih disukai setan daripada kejahatan. Karena sejahat jahatnya
pelaku kejahatan pasti didalam hatinya terdapat penolakan sehingga lebih mudah
untuk bertobat. Inilah perlunya kita melakukan sholat yang baik sehingga insya
Allah kita akan ditunjukan ke jalan yang lurus dijauhkan dari sifat angkuh dan
terhindar dari amalan amalan yang sesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar