Sabtu, 18 Oktober 2008

cerpen NOVEL 30 HARI MENCARI JANDA

BAGIAN KE-SATU

Segala Sesuatu kalau niatnya ibadah akan terasa lebih ringan dilakukan. Begitulah kira kira yang pernah kudengar di TV yang dibawakan oleh seorang dai terkenal. Meskipun dia tampil di TV juga dibayar. Tentang niatnya, hanya dia dan Allah yang tau……… Paling tidak , karena itulah aku ada disini dengan “Petuah” si Dai tadi yang kucoba untuk kujejalkan didalam otakku. Habis mau apalagi.....? Kalau berharap gaji yang tinggi disini, sampai tua pun tidak akan terkabul. Paling paling ujung ujungnya mondok di RSJ karena terlalu banya ngiler pengin sesuatu yang tak terpenuhi.

Gaji disini sama persis dengan pendapatan seorang tukang cilok di depan sekolahan ini. Hanya bedanya, kalo tukang cilok banyak uang recehnya kalo kita paling paling Cuma dua lembar. Bisa dikira kira sendiri berapa gaji saya sebulan, toh uang pecahan paling besar 100.000 an. Jadi,maksimal gaji saya berapa? Dua ratus ribu? Itu kalo kedua lembar uang tadi seratus ribuan! Kalo bukan ?..... Yah…..paling paling harus diterima dengan tulus iklas dan sedikit dongkol . Siapa yang salah ?... Sekolahan ini atau sistem pengelolaan pendidikan pemerintah ? Manusiawikah ini ? Gaji Seorang guru honorer hanya habis untuk beli rokok. Kalo yang wanita hanya habis untuk beli bedak buat menjaga penampilan agar bisa dibilang cantik oleh anak anak. “Ya nggak Bu Atik….?” Yang satu itu tadi adalah temen guruku yang paling manis. Tapi, semanis manisnya dia tetap saja merasakan “penderitaan” yang sama denganku. Tetap tertindas oleh sebuah sistem yang oleh kalangan elite dianggap benar karena belum pernah ditinjau kesalahannya.

Menurut sebuah Survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga Studi Independent, Indonesia menempati urutan no 1 dari bawah di Asia Tenggara dalam hal Sistem pendidikannya. Kalah jauh dari Vietnam yang baru saja selesai perang. Pada tahun 2002 Indonesia naik satu tingkat menjadi no 2 dari bawah. Tapi lagi lagi bukan karena sistem pendidikan-nya yang membaik Tapi lantaran ada anggota Asia Tenggara baru yaitu Timor timur. Celakanya lagi, Negara tadi adalah pecahan Indonesia . Coba kalo pecahan Negara lain ….Pasti Indonesia tetap “Walk Stay” alias tetap no 1 ( dari Bawah ).

Menjadi seorang guru sebenarnya bukanlah cita citaku. Ini hanya sebuah alih profesi yang terjadi secara kebetulan. Aku sebenarnya ingin sekali menjadi seorang Musikus, karena aku suka mukuli piring kalau pas mau makan nggak ada sayur. Atau kalau nggak saya pingin menjadi pemain bola karena saya suka lari lari. Apalagi kalau sedang dikejar Anjing. Tapi begitulah cita citaku….jadi musikus atau pemain bola, makanya waktu kuliah saya ngambil jurusan Teknik (Apa hubunganya….? ). Maksud saya, Dikampusku dulu, Ekstra musik dan Sepak bola menjadi menu utama karena lebih banyak peminatnya jika dibandingkan dengan ekstra pramuka yang hanya mengajarkan tali temali terus….

Saya kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta terkemuka di Semarang ( Itu kata dosen saya…!). Sebenarnya saya ingin kuliah di Universitas Negeri tapi tidak diterima karena nama saya tidak dicantumkan dalam pengumuman UMPTN di Koran. Mungkin salah cetak ! Akhirnya saya kuliah di luar negeri (Swasta ). Ya sudah…. nggak apa apa. Lagian…..mau kerja juga sulit daripada nganggur saya kuliah di swasta. Toh menurut senior saya , Masuk swasta itu sangat sulit… Karena harus gagal UMPTN dulu. Sewaktu kuliah dulu…, sebenarnya harapanku sudah cukup muluk muluk. Lulus kuliah dapat gelar keren , Insinyur…Lalu diterima kerja di Perusahaan Kontraktor Bonafide. Gaji besar Kesempatan korupsinya juga besar ( Off the record ) , Punya istri cantik setia kemana mana diantar supir ( Emangnya bu warni.. ). Dan entah masih banyak lagi harapan harapan yang tinggi dan semuanya enak nggak ada yang pahit sama sekali.

Begitulah kira kira harapan yang ada diotak semua Mahasiswa kita, Hingga begitu lulus kaget….!!!Whe .. lha dallah…Opo iki…? Pait tenan….!. Begitu lulus bukannya mempraktekkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah tapi malah disibukkan dengan cara cara mengatasi stress supaya nggak gila…! Padahal saya sudah agak gila Cuma belum tidur di Pasar…..Saya bukannya mau mengatakan orang yang tidur di Pasar itu gila lho….. Para bakul bakul itu banyak yang tidur di pasar mereka itu tidak gila Cuma nemen ( Joking…..).

Kembali ke Lulus Kuliah, Sudah punya gelar keren , pakaian rapi rambut klimis, bawaanya handphone . Ee……..nggak taunya Cuma jadi guru ! , swasta lagi….! Tiap tanggal tua udah mulai menghitung sisa uang yang tersisa di dompet…… Bah…! Mana handphone-nya nggak pernah ada pulsanya lagi….! Nggak seperti waktu kuliah…ada aja uangnya … Yang bayar inilah…itulah….ujung ujung nya masuk kantong juga. Meskipun nggak ada pulsanya tetep handphonenya ditenteng kemana mana persis juragan lombok tetangga saya. Sekedar untuk menepis anggapan bahwa gaji guru swasta itu kecil… tapi khan bawa HP … Meskipun nggak pernah berdering, karena nggak ada yang menelpon saya. Udah pada tau kali kalo aku nggak punya pulsa ! Kok enak punya hp maunya nerima telpon thok ngga mau call balik . Makanya hp saya ngga pernah bunyi, paling paling bunyi kalo pas lagi iseng ngedit melody atau kalo nggak alarm jamnya biar dikira orang sering dapat telpon.

Jadi guru itu memang susah , udah gajinya kecil kondangan-nya banyak lagi, Soalnya kenalannya banyak. Selain itu kok ada aja orang punya hajat ya….? Perasaan dari dulu nyumbang terus nggak pernah disumbang…! Yah… begitulah duka seorang guru, makanya kalau punya anak nanti jangan sampai jadi guru, biar nggak ada yang jadi guru, biar nanti Mr Presiden langsung yang mengajari anak anak, biar dia tau susahnya jadi guru. Jangan hanya bisanya ngomong!

Seperti yang sudah saya ungkapkan tadi, Bahwa saya jadi guru karena kebetulan (lagi nganggur ). Saya sebenarnya sudah pernah mengadu nasib di Jakarta. Tapi rupanya Jakarta terlalu kejam padaku. Agak cukup lama saya luntang lantung di Jakarta karena nyari kerjaan setengah mati susahnya. Mana lingkungan Jakarta nggak bersahabat lagi…. Orang orangnya terlalu individual dan keras keras. Karena masalah kecil ujung ujung nya bisa saling bunuh. Menatap orang orang di Jakarta ini sangat mengerikan. Seperti mau menelan saja. Sinis penuh curiga dan sama sekali tidak ada tatapan bersahabat. Masalah kriminalitas…wow…. Jakarta biangnya. Sampai sampai saya pernah menyaksikan pembegalan langsung di depan mata saya sendiri.Hal itu terjadi di siang hari bolong di keramaian kota…. Sadis..!

Pada akhirnya saya dapat kerjaan juga. Setelah menunggu cukup lama dan nyaris putus asa. Setelah bekerja bukannya tambah enak tapi malah tambah stress . Soalnya gajinya nggak pernah cukup untuk hidup satu bulan. Biaya hidup tiap hari semakin meninggi. Akhirnya aku putus kan keluar dari kerjaan dan pulang kampung. Tragis…!. Kali ini aku gagal mengarungi kerasnya Jakarta. Tapi didalam hati aku berjanji suatu saat aku akan kembali lagi kesini dan saat itu tidak akan pernah ada kata gagal dalam hidupku. Aku pasti akan menaklukkanmu. (Negara ini memang benar benar brengsek….! )

Menganggur di kampung sedikit lebih enak. Di sini kehidupanya lebih tenang dan damai. Banyak teman teman disekelilingku yang bisa diajak bicara tentang susahnya hidup dan saling berkeluh kesah. Tapi nganggur terus juga ngga enak. Kebanyakan bengong dan membosankan. Efek yang lebih parah lagi , menganggur menghilangkan rasa percaya diri, merusak jiwa dan semangat hidup. Bahkan yang lebih parah lagi bisa sampai merusak iman kita. Saya jadi ingat kata kata temen kuliah dulu . “Kelamaan nganggur bisa jadi penjahat lho… !”

“Gawat….!”

Akhirnya setelah lama menganggur lagi , saya ditawari untuk menjadi guru SLTP swasta oleh ketua Yayasanya yang kebetulan teman nongkrong saya dulu ketika beliau masih lajang. “Itu KKN….! Persetan dengan kata KKN…!” Itu hanya untuk sesuatu yang besar. Menjadi guru swasta adalah sesuatu yang kecil, dan semua orang tidak akan pernah ribut Hingga jadilah saya seorang guru SLTP swasta di kota kecil ini. Dengan gaji yang kecil Ini . Meskipun demikian, saya tetap berterima kasih kepada sahabat senior saya tadi.

Hari ini adalah hari kedua aku duduk di kantor ini . Tidak ada yang istimewa di sini . Semua guru larut dalam kesibukanya masing masing. Hanya aku yang melamun. Maklum guru baru Masih banyak yang terasa asing dan belum banyak yang aku kenal disini. Paling paling Cuma mereka yang kebetulan tetanggaku . Lainnya itu belum ada yang aku kenal kecuali Pak Satim dan Pak Kuat yang kebetulan duduknya disampingku. Guru guru yang lain belum, tapi kelihatannya meraka ramah ramah …. (Kelihatanya….!). Sementara guru yang lain asik sibuk dengan urusannya masing masing. Ada yang yang sibuk membaca materi pelajaran yang akan diajarkan, ada yang sibuk menghabiskan makanan yang mereka bawa dari kantin dengan nikmatnya sampai lupa kalau disini temannya banyak ( bagi bagi dong…! ) . Tipe guru yang pertama tadi adalah mereka yang kurang pandai menghafal materi sehingga harus mengulanginya lagi ketika akan mengajar. Sedangkan tipe yang kedua adalah tipe guru yang suka ngebon di kantin, karena saya yakin gaji mereka takkan cukup untuk jajan tiap hari. Aku hanya diam sambil menghembuskan asap rokok. Sambil sesekali kulihat daftar guru yang tertempel di belakang tempat dudukku . Lalu aku kembali termenung. Kusapu pandanganku kesetiap penjuru ruang.

Teeet……Teet….!

Aku tersentak dari lamunanku. Bel tanda istirahat berakhir. Kami harus masuk ke kelas lagi untuk mengajarkan ilmu kita . Tapi kulihat para guru masih belum ada yang beranjak dari tempat duduknya , rupanya ini kebiasaan para guru disini. Karena kuperhatikan dari hari kemarin juga demikian. “Korupsi waktu !“ kataku dalam hati. Hal itu wajar, soalnya hanya waktu yang bisa dikorupsi oleh seorang guru. Tapi aku jadi mengikuti seperti mereka. Baru setelah lewat 10 menit mulai ada yang beranjak ke kelas dan suasana pun menjadi cukup riuh seperti di Stasiun Senen ketika hari libur. Akupun mulai mengemasi buku ku untuk beranjak ke kelas menunaikan tugas yang mulia ini.

“Ke kelas berapa pak Ari ?” Tanya pak Satim padaku. Rupanya dia masih santai duduk di singgasananya.

“Kelas 2G” Jawabku singkat sambil kutinggalkan guru yang kurus tinggi dan gondrong itu yang masih asik memainkan batang rokoknya meskipun sudah teramat pendek dimakan api. Mungkin mulutnya biasa makan seterikaan hingga tidak merasakan panas.

“Selamat siang anak anak !” Sapaku memulai pelajaran Matematika. Pelajaran yang sebenarnya paling kubenci ketika kuliah dulu. Rumit dan membingungkan. Bahkan sanggup membuat otak yang tadinya segar menjadi Super ruwet. Seperti biasanya aku, Aku menerangkan dulu materinya, setelah itu latihan soal . Matematika adalah pelajaran yang paling enak no 3 untuk di ajarkan setelah Olah raga dan kesenian. Karena hanya sedikit menerangkan selebihnya latihan soal yang sebenarnya bisa ditinggal tidur. Kalau olah raga. jelas itu sangat menyenangkan karena mengajar sambil bermain. “Selain itu bisa memandang siswi siswi meliukan tubuhnya didepan mata…!”.itu kata Pak Muji. “Olah raga membuat tubuh kita berkeringat dan bau!” Kata pak Satim mengolok Pak Muji. Tapi benar juga! Buktinya banyak guru yang enggan berdekatan dengan Pak Muji karena aroma keteknya yang nggak pernah di cuci sehabis Olah raga. Pak Muji tetap santai saja seolah olah nggak merasa. Menurutnya, dia selalu memakai rexona seperti iklan iklan di TV.

Pelajaran sudah berjalan satu jam dan anak anak masih demikian tenang mengerjakan latihan soal yang kuberikan. Mengajar SMP memang enak. Anak anaknya masih penurut. Meskipun ada juga yang nakal. Tapi mereka sebenarnya berani berani sekali. Lain dengan waktu saya SMP dulu, begitu takutnya nya sama guru. Anak sekarang…. Anak SMP saja sudah besar besar seperti ini. Sudah enak untuk dipandang. Mereka kadang kadang juga berani menggoda gurunya. Seperti kemarin si Ressy Tanya

“Pak Guru sudah punya pacar apa belum ....?”

Dan Lihatlah cara Dessi berdandan sudah mirip artis ndangdut ibukota. Matanya pun sudah demikian jelalatan hingga berani menentang tatapan mataku … Huh…! Cewek sekarang, Masih kecil beraninya minta ampun…!

Diruang sebelah Pak Roch lagi semangat semangatnya menerangkan tentang kebudayaan kebudayaan kuno dengan kerasnya. Sampai sampai suaranya terdengar jelas hingga ke kelasku. Pak guru yang selalu membawa Tuding itu memang sangat bersemangat. Sambil berbicara lantang dia ketukan tudingnya ke papan tulis hingga papan tulisnya tersisa bekas bekas pukulannya. Menurut Pak Satim, Tudingnya Pak Roch lebih sering mendarat di jidat anak anak daripada untuk menunjuk tulisan di papan.. Hingga suatu kali pernah ada siswa yang benjol benjol jidatnya dikira habis disengat lebah. Tapi setelah diselidiki ternyata habis mengikuti pelajarannya Pak Roch……Sadis…!

Pulang dari kerja biasanya aku hanya bengong. Tidak ada kerjaan. Ujung ujungnya tertidur karena capek memikirkan sesuatu yang tidak jelas. Tentang hidup ini , tentang masa depan ku dan tentang segalanya . Hidup ini memang susah, Mencari makan untuk diri sendiri aja susahnya minta ampun. Apalagi kalau aku punya istri, mau dikasih makan apa anak isteriku nanti. Apa mereka doyan batu ? Ah…ngga tau lah… Jaman lagi susah, segalanya menjadi sangat susah. Negara ini lagi brengsek, isinya koruptor, hingga uangnya habis mereka keruk. Sehingga Negara nggak mampu menyediakan lapangan kerja yang layak dan banyak pengangguran dimana mana.Usiaku sudah hampir memasuki kepala tiga dan belum sesuatupun yang bisa aku banggakan sekarang. Kerjaan payah…duit apalagi. Susah memang hidup ini . Seolah aku hanya menunggu keajaiban saja.

“Ari….bangun !”

Itu adalah suara nyaring bapakku yang super crewet. Masih sempet sempetnya mengurusi aku yang lagi tidur. Bapakku orangnya memang crewet. Terlalu banyak nuntut. Menurutnya aku harus menjadi seorang yang perfeksionis , serba sempurna. Aku malah jadi serba salah . Yang benar aja dikatakan salah apalagi yang salah. Selalu dikritik. Kadang kadang aku merasa bahwa ayahku adalah penghambat kreativitas dan kemajuanku. Segalanya mesti harus menuruti kata kata nya yang terlalu kuno. Maklum bapakku hidup dari jaman sisa sisa penjajahan yang kaku dan kolot. Bapaku juga seorang yang anti kritik. Selalu merasa benar dan sok tau. Kerjanya hanya sibuk mencari cari kesalahan orang lain sampai sampai kesalahan sendiri lupa.

Sebenarnya aku sama sekali nggak betah ikut orang tua tapi bagaimana lagi , aku belum bisa mandiri saat ini, Gajiku aja dimakan seminggu sudah habis. Gimana mau lepas dari ortu. Jadinya aku seperti ini di rumah sendiri tapi seperti di Neraka.

Kalo ibuku lain lagi. Orangnya khawatirannya minta ampun. Aku nglakuin begini … nanti takut begini….nglakuin begitu ….nanti begitu… Hingga aku diperlakukan seperti anak tk yang tidak tau apa apa. Aku sudah dewasa mami…..! dan aku seorang guru… Tapi perlakuan kalian seperti aku ini balita saja. …! Sering aku menjadi bahan olok olokan temen ku. Yah… Guru kok kalo main dicari ibunya…kaya anak tk…. Nggak boleh kecehan… nggak boleh playon…ntar jatuh….!

Secara pribadi sebenarnya aku bukanlah orang yang lemah dan kekanak kanakan seperti yang dianggap temen temenku. Aku orangnya ambisius dan pembrontak ulung. Aku nggak tau apakah itu merupakan pelampiasan kekesalanku atas semua ini.. Yang jelas aku nggak mau disalahkan. Apa yang dilarang orang tuaku aku jadi semakin bernafsu melawannya… apa yang mereka suka aku jadi benci setengah mati. Mungkin ini adalah akumulasi dari perlakuan-perlakuan orangtua ku kepadaku. Hal ini membuat rumah ini seperti neraka saja … Kecrewetan ortuku ..dan pembrontakan ku atas perlakuan mereka. Hingga hari hari rasanya tidak ada hari yang diisi tanpa keributan. Tapi aku tetap tidak merasa salah… Aku hanya melakukan reaksi..dan mereka yang memulainya.

*******

“Pak Ari kosong Jam...?”

Aku tersentak dari lamunanku , tanpa kusadari didepanku telah berdiri sesosok mahluk lembut sambil menunjukan senyumnya.

“Iya…!” Jawabku singkat.

“Bu Atik juga ....?”

Kuamati mahluk yang satu ini, Usianya kira kira 23-24 th . Tubuhnya agak mungil Dandananya cukup sederhana. Khas seorang guru. Tapi tidak mengurangi kecantikannya. Jangan membayangkan keindahan seorang model yang kerjanya tiap hari merawat tubuhnya…tapi bayangkan saja keanggunan seorang guru dan keindahan alami seorang gadis desa yang sudah ditempa kerasnya hidup. Hal itu justru membentuk suatu karakter yang sangat menarik. Wanita ini mungkin kalah cantik jika dibandingkan dengan Rosie. Tapi dia menyimpan banyak kelebihan dibandingkan temen kuliahku tadi. Sudah Jangan menilainya terlampau jauh .,toh saya tidak sedang mencari pasangan. Aku belum siap untuk itu. Masih banyak yang harus aku lakukan dimasa mudaku ini.

Kuayunkan Langkahku menyusuri lorong sekolahan ini menuju kelas 1F di ujung sana . Sekolahan ini cukup besar memang. Jadi untuk mencapai kelas harus berjalan cukup jauh. Tapi sangat ironis dengan pendapatan para gurunya . Kondisi guru disini sangat memprihatinkan , mungkin kurangnya perhatian dari pihak menejemen sekolah. Pantas juga jika guru dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa. Soalnya jasanya tidak pernah ada tanda nya . Sejak dulu guru selalu identik dengan kemiskinan . Entah tahun kapan semua ini akan berubah.

BERSAMBUNG.......

Tidak ada komentar: